Sepanjang hari Senin ini cuaca sangat
bersahabat. Tiada awan gelap sedikit pun di langit sore yang mulai
memerah. Angin bulan Januari yang biasanya dingin dan berhembus keras
pun kali ini hanya berhembus sepoi-sepoi tanpa tetesan salju sedikitpun.
Sungguh suasana yang tenang, nyaman, dan pas untuk dinikmati sambil
minum teh di luar ruangan sambil memandangi keindahan langit sore dan
alam sekitar yang masih diliputi hamparan salju putih sisa musim dingin.
Pemikiran yang sama rupanya juga tercetus
dalam benak dua sosok yang tengah menikmati sore hari yang indah itu di
luar sebuah pondok reyot dengan papan penanda bertuliskan Kedai Teh
Sihir. Kedai tua itu sepi karena saat ini sedang liburan musim dingin
dimana para murid Hogwarts yang biasanya mampir untuk menikmati sajian
minuman khas para muggle itu sebagian besar memilih pulang ke kampung
halaman mereka.
Kedua orang tadi sama-sama memakai jubah
panjang yang melindungi mereka dari dinginnya udara Januari. Sepoci teh
dengan sedikit kudapan ringan berupa cokelat kodok dan kacang segala
rasa disajikan di tengah-tengah meja tersebut sementara masing-masing
dari mereka menggenggam secaking teh hangat. Keduanya terlihat asyik
mengobrolkan sesuatu tentang Hogwarts, sekolah sihir yang bisa mereka
lihat kemegahannya di kejauhan dari tempat mereka duduk saat ini.
“Aku dengar kamu mengajukan lamaran untuk
mengajar di Hogwarts?” tanya si sosok berjubah ungu kepada si jubah
biru cerah sambil memandangi perkamen berisi pengumuman lowongan kerja
di hadapannya.
“Ah, iya. Aku baru mengirimkannya tadi pagi kepada Dumbledore,” jawab si Jubah Biru.
“Kamu melamar untuk posisi apa? Bukankah semua posisi guru di Hogwarts sudah terisi penuh?”
“Well, sebenarnya aku ingin mengajar seni
rancang bangun di sana, namun ternyata tidak ada posisi untuk itu.
Rupanya mereka lebih mengandalkan kekuatan mantra untuk mendirikan
bangunan. Padahal kan setiap bangunan itu harus punya desain yang keren,
struktur yang kokoh, dan tidak asal dimantrai saja.” Si Jubah Biru
terlihat sedikit emosi sebelum akhirnya menyesap kembali tehnya.
“Berarti kamu batal menjadi guru di Hogwarts?”
“Oh, tentu tidak. Karena posisi semua guru sudah terisi, aku melamar menjadi Asisten Guru Transfigurasi.”
“Apa, Asisten Guru Transfigurasi? Wah, berat…berat.” gumam si Jubah Ungu.
“Kenapa berat?” tanya si Jubah Biru
heran. “Jangan salah, nilai semua pelajaran yang mendukung pengajaran
transfigurasiku bagus-bagus, loh. Aku menguasai mantra, selalu
berkonsentrasi dalam semua pekerjaan yang kulakukan. Lagi pula aku juga
bisa menerapkan ilmu yang kupelajari dari seni rancang bangun delam
pengajaranku ini. Sense of art ilmu transfigurasi harus kuat, setara dalam sense of art dalam merancang sebuah bangunan yang harus peka dengan keadaan sekitar.” Si Jubah Biru terlihat kembali bersemangat.
“Memang sih risikonya besar saat harus
memunculkan diri ataupun menghilang dalam waktu singkat, namun itulah
seninya transfigurasi, semuanya butuh konsentrasi tingkat tinggi yang
presisi, sama seperti halnya semua desain yang kuhasilkan selama
mempelajari seni rancang bangun.”
“Tapi kalau kamu salah mengubah bentuk
atau bahkan salah mengurai tubuhmu bagaimana? Bisa fatal akibatnya.”Si
Jubah Ungu masih saja terlihat khawatir.
“Ah, tenang saja, ada Profesor McGonagall yang pasti akan membimbingku menjadi penggantinya yang tangguh.”
Si Jubah Biru terlihat ceria kembali saat
membayangkan akan ikut mengajar bersama Sang Profesor favoritnya itu.
Profesor McGonagall adalah Kepala Asrama Gryffindor yang sangat
dihormati, mampu bersikap tegas dan keras di saat darurat, namun juga
bisa pengertian dan lemah lembut saat dibutuhkan. Yang paling memesona
si Jubah Biru tentu saja perubahan bentuk menjadi kucing yang
ditampilkan oleh Sang Profesor tersebut pada tahun pertama dia
bersekolah di Hogwarts dan aksinya saat melawan memimpin pasukan
Hogwarts melawan pemberontakan Voldermort. Sosok Profesor McGonagall
benar-benar mengagumkan.
“Sepeti halnya transfigurasi yang tidak
akan terjadi dari udara kosong, seni rancang bangun pun begitu. Untuk
membangun sebuah bangunan membutuhkan ide dan pemikiran matang sehingga
akan mecnciptakan karya yang luar biasa,” lanjut Si Jubah Biru tenang
yang akhirnya membuat Si Jubah Ungu mengangguk-angguk tenang.
Tak lama seekor burung hantu terbang
melintas di atas kedai teh tersebut sambil mengeluarkan suara-suara
berdeguknya, membuat kedua orang di luar kedai tersebut kembali
memperhatikan sekelilingnya dan menyadari bahwa hari sudah mulai gelap.
Salju pun mulai turun membentuk tirai tipis di sekeliling mereka.
“Wah, matahari sudah terbenam, sebaiknya
kita kembali ke rumah,” ajak Si Jubah Biru sambil membereskan cangkir
tehnya. Si Jubah Ungu pun mengikuti tindakannya. Tidak lama terdengar
bunyi ‘pop’ pelan dan kedua sosok itu pun perlahan menghilang.
Sesaat kemudian terdengar suara
kelintingan dan pintu pondok terbuka. Seorang perempuan dan laki-laki
tua berambut putih muncul sambil melihat sekelilingnya. Mereka menatap
ke meja bundar yang ditinggalkan Si Jubah Ungu dan Biru yang sudah
tertutupi lapisan salju yang mulai turun.
“Hmm, mereka datang lagi rupanya,” bisik
sosok perempuan tersebut sambil membereskan cangkir, poci teh, dan
kudapan yang terabaikan di meja. Diambilnya pula selembar perkamen lusuh
di atas meja yang tertindih kotak kudapan.
“Iya. Mereka tidak pernah putus asa
setelah puluhan tahun berlalu.” Sang laki-laki tua menimpali sambil
memandang ke arah Hogwarts di kejauhan.
“Iya, hari ini tepat dua puluh tahun
sejak peristiwa itu berlalu.” Perempuan tua itu mendekati laki-laki
tersebut sambil ikut menerawang ke kejauhan. Dipandanginya perkamen
lusuh berisi lowongan kerja dari Hogwarts yang diambilnya tadi. Di
baliknya perkamen tersebut dan terlihat perkamen lusuh lainnya yang
menempel di sana. Perkamen yang itu menampilan banyak orang yang
melambaikan tangan dengan dua sosok berjubah ungu dan biru di tengah
kumpulan orang tersebut yang senantiasa ceria menatap balik kepadanya.
Tertulis sebuah kalimat di atas perkamen tersebut,
“Mengenang teman-teman tercinta kami yang gugur dalam perang Hoghwarts (Mei 1998)”
***
mampir ke blog baru saya yuk :)
BalasHapusvia http://beta-gar.blogspot.com
jangan lupa di follow, nanti saya Follow back
Terimakasih